Karakteristik Kimia Dan Organoleptik Teh Daun Kelor (Moringa Oleifera Lam.) Berdasarkan Ketinggian Tempat Tumbuh
Article History
Submited : June 18, 2020
Published : June 18, 2020
Tujuan penelitian adalah menentukan ketinggian tempat tumbuh optimal untuk menghasilkan teh daun kelor yang memiliki karakteristik kimia dan organoleptik teh daun kelor yang baik. Metode penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola satu faktor. Penelitian ini diawali dengan survai untuk mendapatkan tempat tumbuh tanaman kelor yang berada di ketinggian 0-150 meter diatas permukaan laut (dpl) di Desa Laswani, 151-300 m dpl di Desa Watunonju, 301-450 m dpl di Desa Bora, >451 m dpl di Desa Sigimpu. Variabel pengamatan yang digunakan yaitu kadar air, keasaman air, antioksidan dan organoleptik. Hasil penelitian menunjukan bahwa ketinggian 300-450 m dpl dihasilkan teh daun kelor yang sesuai karakteristik kimia dan organoleptik dengan keasaman, antioksidan dan organoleptik (warna, rasa) teh daun kelor meningkat dengan bertambahnya ketinggian tempat tumbuh tanaman kelor. Daun kelor yang berada diketinggian 301-450 m dpl berpotensi digunakan sebagai bahan teh daun kelor
Diantoro, A., Muzaki, R., Ratna, B., Hapsari, T.P., 2015. Pengaruh PenambahanEkstrak Daun Kelor (Moringa oleifera L.)terhadap Kualitas Yoghurt. JurnalTeknologi Pangan (6): 59-66.
Fajriah S., Darmawan A., Sundowo A., Artanti. 2017. Isolasi Senyawa Antioksidan dari Ekstrak Etil Asetat Daun Benalu (Dendrophthoe petandra L. Miq) yang Tumbuh pada Inang Lobi-lobi. Jurnal Kimia Indonesia. 2 (1): 17-20
Haryadi dan Kholis, N., 2011. Kelor Herbal Multikhasiat. Solo: Delta Media
Hikmah, A.F., Budhiyanti, S.A., & Ekantari, N. (2009). Pengaruh pengeringan terhadap aktivitas antioksidan Spirulina platensis. Prosiding Seminar Nasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan. PA-04: 1–11.
Jonni, MS., 2008, Cegah Malnutrisi dengan Kelor, Kanisius, Yogyakarta.
Karamoy, Lientje. Th. 2009. Hubungan Iklim Dengan Pertumbuhan Kedelai (Relationship Between Climate and Soybeen (Glicine max (L) Merrill) Growth). Soil Environment 7(1): 65-68.
Kholis, N., dan Hadi, F. 2010. Pengujian Bioassay Biskuit Balita Yang Disuplementasi Konsetrat Protein Daun Kelor (Moringa oleifera) Pada Model Tikus Malnutrisi. Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 11 No 3.
Molyneux, P. (2004). The use of stable radical diphenylpicril-hydrazyl (DPPH) for estimating antioxidant activity. Songklanakarin Journal of Science Technology, 26(2), 211–219.
Rohdiana, D. 2006. Menyeduh teh dengan baik, benar dan menyehatkan http://www.pikiranrakyat.com (20 Januari 2013).
Rohmatussolihat. 2009. Antioksidan Penyelamat Sel-sel Tubuh Manusia, Bio Trends. 4 (1).
Taylerson, Katie. 2012. “ The Healt Benefits Of Tea Varietas From Camellia Sinensis”. The Plymouth Student Scientist. Vol (5). Num (1). Page: 304-312
Winarsih, H. 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Yogyakarta: Penerbit Kanisius Yuliani, N.N., Dienina D.P. (2015). Uji Aktifitas Antioksidan Ekstrak Etanol Infusa Daun Kelor dengan Metode 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl (DPPH)
Zuhra CF., Taringan J., Sihotang H. 2008. Aktivitas Antioksidan Senyawa Flavonoid dari Daun Katuk (Sauropus androgunus (L) Marr.) Jurnal Biologi Sumatera. 3 (1) : 7-10